Pengertian, Ruang Lingkup Dan Sejarah Ilmu Geografi

 Ruang Lingkup dan Sejarah Ilmu Geografi PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH ILMU GEOGRAFI
Warga belajar--sekalian-- berikut ini akan kita lanjutkan pembelajaran kita dengan pembahasan tetang Pengertian, ruang lingkup dan sejarah ilmu geografi. Secara fundamental Geografi sebagai pengetahuan perihal bumi sudah berkembang semenjak jaman Yunani Kuni, bahkan mungkin semenjak insan menempati beberapa bab dari bumi. Sebagai Ilmu pengetahuan,geografi umurnya sangat bau tanah yaitu semenjak Anaximandros menciptakan peta yang pertama perihal bumi pada tahun 550 sebelum masehi (SM). Kemudian disusul oleh Herodotusthaun 400 SM yang menciptakan peta daerah-daerah di sekitar Laut Tengah.

Istilah geografi sendiri telah diperkenalkan oleh Eratosthenes (276 - 194 SM), yaitu Geographika yang berarti "deskripsi atau goresan pena perihal bumi". Seorang tokoh berjulukan Eratosthenes dianggap sebagai peletak dasar geografi, seorang tokoh yang mernah mencoba mengukur keliling bumi secara matematika berdasarkan perhitungan jarak dari syene (Aswan) dan Alexanderia. Di Syene ia menggali sumur, sedangkan di Alexanderia menancapkan tongkat. Pada Saat pengukuran, cahaya Matahari di Syene menyinari seluruh dasar sumur (tanpa ada bayangan dari didinding sumur), sedangkan di Alexanderia ia mengukur panjang bayangan tongkat.

Eratosthenes menganggap cahaya matahari di Syene akan tembus ke sentra bumi, sedangkan sudut yang dibuat pada ujung tongkat terhadap panjang bayang-bayangnya sama besar dengan sudut sentra bumi terhadap kelurusan tongkat. Dari cahaya perhitungan ini, Eratosthenes memperoleh angka keliling bumi, yaitu sejauh 252.000 stadia = 45.654 km (1 stadia = 157 meter) dengan perkiraan jarak antara Alexanderia - Syene sejauh 5000 stadia.

Generasi berikutnya muncul Claudius Ptolomeus padatahun 150 SM yang menggambarkan benua-benua Asia, Eropa, dan Afrika (Abdurahchim, 1986).Ptolomeus menciptakan peta yang telah dilengkapi dengan garis-garis dan garis-garis bujur, memakai proyeksi kerucut, dan dilengkapi keterangan perihal zona-zona iklim. Peta Ptolomeus dianggap sebagai aktivis peta topografi dikarenakan telah dibuat jaring-jaring derajat, memuat alur-alur sungai, dan mencantumkan garis-garis bukit dan pegunungan. Claudius Ptolomeus menulis buku berjudul Geographike Unpegesis dan menjelaskan bahwa geografi ialah suatu penyajian perihal permukaan bumi dalam wujud peta.

Pada tempat yang berbeda, penjelajahan mendapat daerah-daerah yang belum diketahui telah dimulai semenjak 985 SM, yaitu saat orang Cina pada jaman kekaisaran Mu Wang mendapat Gurun Gobi. Setelah itu banyak bangsa-bangsa lain mengadakan perjalanan ke daerah-daerah yang belum diketahui. Sebut saja Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung) mendatangi Hindukush dan Punjab di India tahun 330 SM, namun alasannya ialah belum banyak ditulis maka hasil penjelajahannya belum banyak terungkap dan pengetahuan perihal bumi masih relatif sedikit.

Catatan lain perihal bumi ditulis oleh Bangsa Arab yaitu pada Dinasti Abassiyah di masa pemerintahan Khalifah Abu Ja'far al Mansur (754-775 M) dan pada jaman kekhalifahan Al-Ma'mun. Buku atau kitab yang berisi perihal peta bumi diberi judul as-Surah al-Ma'muniayah. Selain menciptakan buku, bangsa Arab juga menerjemahkan buku-buku karangan bangsa Yunani Kuno menyerupai karya Marinus dan Ptolemues.


Penjelahan yang meninggalkan catatan sejarah mulai tampak pada tahun 1246 yaitu saat Giovani Delcarpini (Bangsa Italia) menemukan Mongolia, Longimeau (bangsa Prancis) menjelajahi tempat pegunungan Karakorum, dan Ordorico Portenone (1318-1330) seorang Vatikan mengungkapkan perihal negeri Cina dan Tibet.

Perjalanan mengarungi lautan luas telah ditempuh oleh Bartolomeus Dias (orang Portugis) yaitu ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di Afrika Selatan dan diteruskan dengan mengarungi Samudra India ke Kalikut di India tahun 1486. Penjelajahan Bartolomeus Diaz diulangi oleh Vasco da Gama tahun 1498 hingga alhasil menemukan Indonesia.

Ditempat lain, pada tahun 1492 - 1493, Colombus seorang Genoa mengarungi Samudra Atlantik hingga ke kuba dan Haiti. Perjalanannya untuk mencari Benua Amerika. Tokoh penjelajah lainnya yang cukup terkenal ialah Marcopolo (1272 - 1295) yang melaksanakan perjalanan dengan maksud berpetualang dan menjelajahi Asia Timur dan Asia Tengah.

Dari perjalanan mereka, banyak diterbitkan kisah-kisah perjalanan perihal daerah-daerah, tempat-tempat dan bangsa-bangsa yang dijumpai. Kisah-kisah yang mereka tulis antara lain perihal keadaan fisiografi muka bumi, cuaca, lautan, gelombang, arus dan ikan-ikannya, hutan-hutan, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang dilihat dan dijumpai. Semua goresan pena hasil perjalanan para pendahulu itu dinamankan logografi yang kelak akan memperkaya pengetahuan perihal bumi dan merangsang ke arah lahirnya ilmu geografi (Abdurachim, 1986:9).

Setelah sekian usang tidak banyak dibicarakan, muncullah Bernharudus Veranius (1622 - 1650) sebagai orang yang menyadari akan perlunya penataan kembali ilmu geografi. Ia menerbitkan buku berjudul Geographia Genaralis di Amsterdam tahun 1650. Veranius beropini bahwa ruang lingkup geografi terdiri atas dua yaitu geografi umum dan geografi khusus. Geografi umum mempunyai fokus kejian terhadap fenomena alamiah sedangkan geografi khusus memperlajari tempat atau wilayah yang sifanya diperoleh dari hasil interaksi antara insan dengan proses alamiah (Bintaro, 1987: 3).

Setelah Veranius, tokoh geografi selanjutnya ialah Immanuel Kant (1724 - 1804) menganggap bahwa geografi layak dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri. Kemudian muncul Alexander von Humboldt (1769 - 1859) yang mengembara ke benua Amerika, menciptakan profil benua, dan menggambarkan korelasi vegetasi dengan ketinggian tempat. Dari hasil pengembaraannya, Humboldt menulis geografi regional perihal Cuba dan Mexico.

Walaupun banyak goresan pena perihal bumi dan banyak pula orang yang berkecipung di dalam ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, tetapi mereka masih bekerja secara perorangan. Ilmu geografi belum diajarkan dalam forum pendidikan. Barulah pada tahun 1825, Universitas Friederich Wilhelm di Berlin mulai memelopori hal itu dengan mengangkat Carl Ritter menjadi Profesioan Geografi yang pertama di universitas tersebut (Abdurachim, 1986:9).

Pengaruh Carl Ritter dalam Ilmu geografi ialah menanamkan aliran fisis determinis. Ia menyatakan bahwa insan adalan cermin dari keadaan buminya. Segala hal yang menyangkut hidup insan ditentukan oleh alam. Hasil karyanya ialah Die Ernkunde suatu deskripsi regional dari seluruh dunia.

Aliran fisis determinis, didukung oleh Friederich Ratzel (1844 - 1904) seorang tokoh Geografi Jerman yang menyatakan bahwa alam (memang sangat) memilih kehidupan manusia. Buku jilid pertamanya diberi judul Anthropogeographie yang memperkenalkan konsep libensraum yaitu memandang bahwa negara ialah suatu organisme. Negara, berdasarkan Ratzel menyerupai makhluk hidup yang sanggup tumbuh dan juga sanggup mati. Untuk mempertahankan hidup dan pertubuhannya, negara perlu makan dan perlu wilayah kekuasaan yang luas. Paham ini diterapkan dalam geopolitik Jerman sebagai landasan politik perluasan dan penjajahan. Pada masa Ratzel, geografi pernah disalah-arahkan yaitu untuk maksud imperialisme.

Aliran fisis determinis kurang terkenal di Eropa. Ferdinand von Richthofen menyarankan supaya geografi tidak dipupuk berdasarkan aliran fisis deteminis. Ia mengusulkan supaya geografi dijadikan sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat chorologi (daerah). Pendapat Richthofen didukung oleh Alfred Hetter (1959 - 1941) yang menyatakan bahwa geografi ialah sebagai ilmu kewilayahan. Geografi membahas perihal wilayah-wilayah dipermukaan bumi dengan segala perbedaan dan kekerabatan (hubungan) keruangannya. Permukaan bumi merupaka landschaft dyang didalamnya mempelajari perihal keadaan alam dan kegiatan insan yan ada pada alam yang didiaminya (Pasya, 1996: 35).

Sejalan dengan Hetter, Paul Vidal de la Blanche (1854 - 1918) mengusulkan supaya geografi menyatukan studinya antara lingkungan fisikal dan masyarakatnya. Menurutnya, geografi ialah ilmu yag mempelajari perihal suatu masyarakat yang telah dan sedang dipengaruhi oleh lingkungan fisikal. alasannya ialah itu, objek studi geografi harus bersifat kewilayahan atau region (Bintaro, 1987 : 6).

Vidal de la Blanche ialah orang yang menentang faham fisis determinis. Ia menyampaikan bahwa alam bukan merupakan penentu suatu kebudayaan, fisik atau rohan manusia, tetapi alam hanya berfungsi sebagai pemberi kemungkinan terhadap kegiatan manusiayang akan melahirkan kebudayaan. Karena itu insan ialah makhluk yang sanggup bertindak aktif, tidak menunggu segala sesuatu yang disediakan oleh alam (Pasya, 1996: 35). aliran ini memandang insan sebagai makhluk yang cendekia dan bisa mengatasi alam serta berusaha mengubah keadaan sekelilinnya demi masa depan kehidupan yang lebih baik. Aliran ini kemudian dikenal sebagai faham posibilis.

Perkembangan geografi semakin mantap. Richard hartshorne (1939) menulis buku perihal The Nature of Geography, isinya mengenai pandangan korologi yang menyangkut perbedaan wilayah di permukaan bumi dan menunjukkan tawaran kepada hali geografi mengeai cara bertindak terhadap jenis fenomena fisik, ekonomi, dan sosial yang mempunyai persamaan pada suatu wilayah sehingga dengan persamaan itu, sanggup diketahui perbedaannya dengan wilayah yang lain.

Dari sejarah perkembangan geografi di atas, alhasil Rhoad Murphey pada tahun 1966 mencoba menyimpulkan pendapat para ahli. Menurut Murphey ruang lingkup geografi (dalam bukunya The Scope of Geography) terdiri atas:

  1. Persebaran dan korelasi ummat insan di muka bumi dengan aspek keruangan tempat tinggalnya. Geografi juga mempelajari perihal bagaimana memakai ruang di atas permukaan manusia.
  2. Interaksi antara kehidupan insan dengan lingkungan fisik yang merupakan bab dari kajian keanekaragaman wilayah.
  3. kerangka pikir dan analisis regionalnya adlaah wilayah-wilayah yang lebih spresifik.
Dari ketiga poko yang dikemukakan di atas, menjadi terang bahwa ruang lingkup geografi tidak sanggup dilepaskan dari aspek fisik alamiah saja melainkan juga aspek kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan dan insan sebagai penghuni permukaan bumi. Aspek fisik dan aspek kehidupan diungkapkan dalam suatu ruang permukaan bumi berdasarkan prisip-prinsip penyebaran, relasi, dan interaksinya. Hubungan antara lingkungan fisik dan insan disebut pada alhasil akan mengungkap karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya (Sumaatmadja. 1981:38).

E.J. Taaffe pada tahun 1970 yang dikutip Bintaro (1987) mengajukan pendapat yang lebih konkrit. Ia menyampaikan bahwa geografi ialah ilmu yang mempelajari organisasi keruangan yang didalamnya terdapat pola-pola dan proses-proses keruangan. Dengan nada yang sama, P. Hagget (1965) juga menyetujui bahwa geografi ialah ilmu yang mempelajari pola-pola keruangan dilihat dari sistem ekologi dan sistem keruangan. Sistem ekologi berkaitan dengan insan dan lingkungannya, sedangkan sistem keruangan berkenaan dengan korelasi antar wilayah dalam korelasi timbal balik yang kompleks dari gerakan pertukaran.




Pada tahun 1980, P. Hagget yang dikutip Suharyono (1988) menggambarkan tiga komitmen para hebat geografi perihal unsur-unsur yang dipelajari geografi yaitu:

  1. Geografi mempelajari perihal permukaan bumi. Bumi sebagai lingkungan hidup manusia, yaitu suatu lingkungan menghipnotis hidup insan dan mengorganisasi dirinya.
  2. Geografi memusatkan perhatiannya kepada organisasi keruangan insan dan korelasi ekologinya dengan lingkungan hidupnya itu, dan
  3. Geografi sangat sensitif terhadap kekayaan dan keanekaragaman yang ada dipermukaan bumi.
Akhirnya pada tahun 1987, Bintarto mengajukan pendapat yang lebih sempurna. Menurutnya geografi ialah ilmu yang mempelajari korelasi kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. (Bintarto, 1987).

Demikianlah warga berguru sekalian, dari beberapa uraian diatas sanggup kita tari sebuah kesimpulan, bahwa geografi yang sedang kita pelajari kali ini intinya mempunyai ruang lingkup kajian utamanya yaitu: (a) mempelajari bumi sebagai tinggal manusia, (b) mempelajari korelasi insan dengan lingkungan, (c) dalam dimensi ruang dan dimensi historis, dan dengan (d) pendekatan yang digunakannya ialah pendekatan keruangan (spatial), ekologi dan regional. 

Semoga bermanfaat untuk warga berguru sekalian. Terimakasih atas kunjungannya ke web-blog ini.

Sumber: disarikan dari banyak sekali sumber, antara lain :
  • www.physicalgoegraphy.net
  • www.Wikipedia.com
  • Abdurachim, 1986. Geografi Latar Belakang Pemikiran dan Metode. Bandung. Penerbit Bina Budaya.
  • Bintaro, R dan Hadisumarno, S. 1987. Metode Analisis Geografi. Jakarta. LP3ES.
  • Pasya, G.K. 1996. Geografi-Pengantar ke arah Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung. Buana Nusa.
  • Modul mata Pelajaran Geografi Kesetaraan 2011.

0 Response to "Pengertian, Ruang Lingkup Dan Sejarah Ilmu Geografi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel