Konsep Dasar Kf (Keaksaraan Fungsional)

Program keaksaraan fungsional dikembangkan dengan konsep pendekatan dari bawah ke atas  KONSEP DASAR KF (KEAKSARAAN FUNGSIONAL)
Program keaksaraan fungsional dikembangkan dengan konsep pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) menurut konteks lokal, memakai proses partisipatif untuk membuat suatu model lokal. Kurikulum didasarkan pada pemenuhan minat dan kebutuhan warga belajar, serta meliputi kegiatan yang membantu para warga berguru mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan gres yang diperoleh, guna meningkatkan mutu dan taraf hidup mereka. Karena itu setiap kawasan sanggup membuat model lokal, yang tentunya ada perbedaan antara kejar yang satu dengan yang lainnya. Hal ini perlu mencapat perhatian mengingat kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Kejar/ warga berguru niscaya berbeda.

Kurikulum aktivitas keaksaraan fungsional berpusat pada masalah, minat dan kebutuhan warga belajar. Materi belajarnya didasarkan pada hal-hal tersebut serta meliputi kegiatan yang sanggup membantu mereka dalam mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan tujuan hasilnya ialah bagaimana membuat setiap warga berguru sanggup memotivasi dan memberdayakan dirinya, meningkatkan tarap hidup, dan mandiri, serta bagaimana membuat masyarakat yang gemar belajar.

Agar aktivitas keaksaraan fungsional sanggup terealisasi dengan baik dan sanggup memotivasi dan memberdayakan warga masyarakat yang menjadi target didiknya, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing kawasan maka prinsip-prinsip beriut perlu diperhatikan.

1. Kontek lokal
 Keaksaraan fungsional mengacu pada bagaimana setiap individu bisa memanfaatkan kemampuan baca-tulis-hitung untuk memecahkan dilema keaksaraan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Keaksaraan fungsional hanya sanggup didefinisikan secara utuh, dengan mengacu pada konteks sosial dan kebutuhan khusus serta potensi setiap warga belajar. Sebagai teladan warga masyarakat yang hidup di kawasan perkotaan yang bekerja pada perusahaan/ kantor terperinci akan berbeda kebutuhan keterampilan keaksaraannya, daripada masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan. Dengan demikian yang memilih masing-masing kebutuhan berguru di setia kelompok berguru KF ialah para warga berguru bersama tutor. Oleh alasannya itu, petugas pendidikan Kekasaraan (tutor, pengelola/penyelenggara, Penilik/TLD) perlu melaksanakan survei perihal kebutuhan keaksaraan setempat, untuk mengetahui celah/kesempatan, permasalahan, dan kendala-kendala yang dihadapi warga berguru dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga perlu mengidentifikasi sumber-sumber yang tersedia, serta menganalisa strategi-strategi yang potensial untuk menyebarkan aktivitas lebih lanjut.

2. Desain Lokal
Oleh alasannya konteks lokal didefinisikan sebagai kebutuhan dan peluang/ atau kesempatan bagi pelaksana aktivitas kekasaraan fungsional, maka setiap kelompok berguru (Kejar) perlu membuat perencanaan berguru bedasarkan minat dan kebutuhan warga belajar. Atas dasar itu, tutor perlu dilatih dalam menilai keterampilan keaksaraan, menggali minat dan kebutuhan warga berguru (need assessment), merancang kurikulum, merancang kegiatan berguru mengajar (KBM), membuat materi belajar, dan membuat jaringan kerjasama dengan organisasi setempat supaya memperoleh sumber dan materi berguru yang diperlukan.

3. Proses Pertisipatif
Proses partisipatif, maksudnya ialah melibatkan warga berguru untuk berpartisifasi secara aktif baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kemajuan belajar. Penerapan taktik partisipatif ini meliputi semua aspek desain dan implementasi program, menyerupai :
  • Menyusun planning berguru yang didasarkan pada topik-topik yang diminati warga belajar
  • Melibatkan para warga berguru dalam pembuatan materi belajar
  • Mencari dan memanfaatkan materi berguru yang berasal dari kehidupan sehari-hari
  • Saling membantu antara warga berguru dalam proses pembelajaran dan sebagainya.
4. Fungsionalisasi Hasil Belajar
Keriteria utama dalam memilih keberhasilan aktivitas keaksaraan fungsional, ialah dengan cara mengukur kemampuan dan keterampilan setiap warga berguru dalam memanfaatkan dan memfungsikan keaksaraan atau hasil belajarnya dalam kegiatan sehari-hari, yang meliputi membaca, menulis dan keterampilan berhitung mudah yang mempunyai kegunaan bagi peningkatan mutu dan taraf hidupnya. Dari hasil proses pelajarnya, mereka diharapkan sanggup menganalisa dan memecahkan keaksaraan yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari-hari.

Demikianlah konsep dasar dari KF keaksaraan fungsional, semoga bermanfaat, terimakasih.

Sumber: Bahan Workshop KF Propkalsel 2013.

0 Response to "Konsep Dasar Kf (Keaksaraan Fungsional)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel