Hakikat Perkembangan Bahasa Manusia
Kajian kepemilikan bahasa dan insan intinya membahas bantuan bahasa dalam kehidupan manusia. Peran bahasa menciptakan insan sanggup berinteraksi, menuntaskan masalah, dan menciptakan maupun meneruskan kebudayaan.
Penelitian para jago perihal kemampuan berbahasa pada binatang menyerupai monyet maupun gorila juga tidak membawa hasil yang signifikan. Simpanse memahami bahasa tubuh, namun tidak mempunyai kemampuan untuk mengekpresikan suara. Berdasarkan perkiraan tersebut mereka memakai bahasa aba-aba dalam berkomunikasi dengan hewan. Simpanse dan gorila sanggup memahami ratusan kosa kata dengan memakai bahasa isyarat.
Vassels dalam Bromley, (1994), mengajarkan monyet dan gorila untuk berkomunikasi dengan insan melalui bahasa isyarat, bahasa badan dan komputer. Gorila tersebut sanggup memahami aba-aba ribuan kosa kata setara dengan tingkat perkembangan bahasa anak usia 2-3 tahun pada umumnya.
Hasil penelitian juga mengambarkan bahwa lumba-lumba mempunyai kemampuan untuk menyebarkan sistem bunyi dalam komunikasi dengan lumba-lumba lain dan diasumsikan bahwa mereka mempunyai bahasa sendiri (Bromley, 1994).
Para jago linguisitik memperdepatkan bahwa bahasa ialah hanya untuk fenomena manusia.
Holzman dalam Bromley, (1994), mengidentifikasikan tiga aspek yang membedakan bahasa insan dan sistem syarat pada hewan. Pertama, bahasa insan bersifat produktif, dimana terdapat kreasi insan dalam menawarkan informasi gres beserta artinya. Kedua, bahasa insan terlepas dari konteks /situasi. Ketiga, insan memakai bahsa untuk berkomunikasi sedangkan binatang memakai aba-aba untuk menginformasikan sesuatu.
Aliran sofisme memandang bahasa sebagai suatu perjanjian yang sifatnya disengaja antara masyarakat, sedangkan pemikiran stojin memandang bahasa sebagai suatu kemampuan yang bersifat alamiah. Para tokoh yang lain menyerupai Plato dan Aristoteles mengartikan bahasa sebagai interaksi antara kedua pendapat tersebut (Monks, Knoers, dan Haditono, 1984).
Wunt mendasarkan teori bahasanya pada aksioma paralel yang berarti bahwa sikap fisik merupakan pernyataan tanda-tanda psikologis.
Beberapa jago setuju bahwa bahasa meliputi cara untuk berkomunikasi, bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan aneka macam ide, arti, perasaan dan pengalaman. Badudu (1989) menyatakan bahwa bahasa ialah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer aneka macam wangsit maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Bromley juga menjelaskan perbedaan antara komunikasi dan bahasa. Lloyd (1990) menyatakan istilah komunikasi tidak terbatas pada bahasa verbal. Komunikasi merupakan pemindahah suatu arti melalui suara, tanda, bahasa badan dan simbol. Sebagai referensi beberapa bahasa memakai 26 abjad (a-z) untuk menuliskan ribuan kata.
Sistem simbol dalam bahasa ditandai oleh adanya daya cipta dan sisem turan yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi ialah studi perihal sistem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi mengacu pada ketentuan pengkombinasian morfem. Morfem merupakan rangkaian bunyi-bunyian kecil yang memberimakna pada apa yang kita ucapkan dan dengarkan. Sintaksis melibatkan pengkombinasian kata-kata dalam bentuk ungkapan dan kalimat yang sesuai.
Santrock (1995) beropini bahwa meskipun setiap kebudayaan mansusia mempunyai aneka macam variasi dalam bahasa, namun terdapat beberapa karakteristikumum berkenaan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan adanya daya cipta individu yang kreatif.
Ada beberapa karakteristik bahasa sebagai berikut :
1. Sistematis artinya bahasa merupakan cara menggabungkan bunyi-bunyian maupun goresan pena yang bersifat teratur, standar, dan konsisten.
2. Arbitrari, yaitu bahwa bahasa terdiri dari hubungan-hubungan antara aneka macam macam bunyi dan visual, objek, maupun gagasan.
3. Fleksibel, artinya bahasa sanggup berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
4. Beragam artinya mempunyai aneka macam variasi dialek atau cara.
5. Kompleks yaitu kemampuan berfikir dan bernalar dipengaruhi oleh kemampuan memakai bahasa yang menjelaskan aneka macam konsep, ide, maupun hubungan-hubungan yang sanggup dimanipulasikan ketika berfikir dan bernalar.
Bentuk dan Fungsi Bahasa
Bromley (1992) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif (dinyatakan).
Cara anak dalam memakai bahasa akan kuat pada perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis melibatkan proses kognitif (berfikir) dan kosa kata yang sama.
Bromley menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut :
1. Bahasa menjelaskan harapan dan kebutuhan individu.
2. Bahasa sanggup mengubah dan mengontrol perilaku
3. Bahasa membantu perkembangan kognitif.
4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain
5. Bahasa mengekpresikan keunikan individu.
Secara fundamental perkembangan bahasa ini meliputi sistem yang terkait dengan kehidupan insan sebagai individu dan makluk sosial. Bahasa terjadi sebagai suatu hasil dari adanya interaksi antara insan individu dengan individu dan individu dengan kelompok sosial.
Demikian ringkasan hakikat perkembangan bahasa insan yang penulis ringkas dan sarikan dari aneka macam sumber. supaya ini sanggup bermanfaat. terima kasih.
Sumber : disarikan dari aneka macam sumber.
0 Response to "Hakikat Perkembangan Bahasa Manusia"
Post a Comment