Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar
Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan insan yang melibatkan segala macam tingkah laris dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial selalu melibatkan insan untuk berusaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga sanggup dikatakan yang menjadi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ialah insan pada konteks sosialnya atau insan sebagai anggota masyarakat.
Mengingat insan dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melaksanakan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang ligkup IPS pada sekolah dasar dibatasi hingga gejala dan dilema sosial yang sanggup dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama tanda-tanda dan dilema sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa SD tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup tanda-tanda dan dilema kehidupan yang ada disekitar daerah tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan karenanya negara-negara tetangga.
Berdasarkan kurikulum 1994 (suplemen GBPP 1999), bahwa ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar terdiri atas dua materi kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengajaran pengetahuan sosial pada siswa sekolah dasar berfungsi menyebarkan pengetahuan, sikap, keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk pengajaran sejarah, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan besar hati terhadap perkembangan masyarakat Indonesia semenjak masa lampau hingga masa kini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan dilema yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan daerah tinggal akseptor didik dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa materi tersebut dijadikan materi pembahasan di dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sesuai dengan tujuan forum Sekolah Dasar, IPS di SD tidak bersifat keilmuan melainkan bersipat pengetahuan. Ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal yang bersifat mudah yang berguna bagi dirinya dan kehidupannya sekarang maupun masa yang akan tiba dalam banyak sekali lingkungan dan aspek sosial yang berlainan. Pembelajaran IPS bersipat pembekalan (pengetahuan, perilaku dan kemampuan) mengenai seni berkehidupan.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan satu tumpuan yang dikutipkan dari metodologi pembelajaran IPS (Sumaatmadja,1984: 24). Pokok bahasan : Pengaruh perang Diponegoro terhadap kebangkitan nasional Indonesia.
Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan di atas bertumpu pada aspek sejarah. Tetapi meskipun demikian, jiwa perang Diponegoro itu erat sekali dengan aspek budaya, aspek perilaku mental dan tidak sanggup pula dilepas dari aspek geografi dan aspek ekonominya.
Oleh sebab itu, pada pembahasannya guru harus melaksanakan interalasi aspek-aspek sejarah dengan aspek-aspek ekonomi, aspek budaya aspek geografi dan lain-lain. Dengan penyajian demikian, insiden sejarah tersebut akan lebih bermakna secara menyeluruh bagi training mental dan efeksi anak didik yang mengikuti proses pembelajaran IPS tersebut. Dari tumpuan tersebut pembelajaran IPS yang menerapkan pendekatan terpadu sanggup membina kognisi, afeksi dan psikomotor anak didik sebaik-baiknya.
Ilmu Pengetahuan sosial di SD ialah mata pelajaran yang mengajari insan dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS ialah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan wacana kehidupan masyarakat atau insan secara sistematis. Tetapi dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak guru yang tidak bisa menterjemahkan isi dari kurikulum itu sendiri, dan hanya berpedoman pada pengalaman mengajar sehingga pembelajaran di kelas tidak berkembang dan tidak menawarkan kepada siswa kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS di SD hendaknya memakai lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan materi pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu dipakai kejadian yang nyata untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
Berdasarakan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus bisa membuat iklim mencar ilmu mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Guru ialah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil guna proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kepekaan dan kreativitas guru dalam menerapkan dan menyebarkan prinsif-prinsif pembelajaran aktif.
Mengingat insan dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melaksanakan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang ligkup IPS pada sekolah dasar dibatasi hingga gejala dan dilema sosial yang sanggup dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama tanda-tanda dan dilema sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa SD tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup tanda-tanda dan dilema kehidupan yang ada disekitar daerah tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan karenanya negara-negara tetangga.
Berdasarkan kurikulum 1994 (suplemen GBPP 1999), bahwa ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar terdiri atas dua materi kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengajaran pengetahuan sosial pada siswa sekolah dasar berfungsi menyebarkan pengetahuan, sikap, keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk pengajaran sejarah, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan besar hati terhadap perkembangan masyarakat Indonesia semenjak masa lampau hingga masa kini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan dilema yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan daerah tinggal akseptor didik dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa materi tersebut dijadikan materi pembahasan di dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sesuai dengan tujuan forum Sekolah Dasar, IPS di SD tidak bersifat keilmuan melainkan bersipat pengetahuan. Ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal yang bersifat mudah yang berguna bagi dirinya dan kehidupannya sekarang maupun masa yang akan tiba dalam banyak sekali lingkungan dan aspek sosial yang berlainan. Pembelajaran IPS bersipat pembekalan (pengetahuan, perilaku dan kemampuan) mengenai seni berkehidupan.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan satu tumpuan yang dikutipkan dari metodologi pembelajaran IPS (Sumaatmadja,1984: 24). Pokok bahasan : Pengaruh perang Diponegoro terhadap kebangkitan nasional Indonesia.
Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan di atas bertumpu pada aspek sejarah. Tetapi meskipun demikian, jiwa perang Diponegoro itu erat sekali dengan aspek budaya, aspek perilaku mental dan tidak sanggup pula dilepas dari aspek geografi dan aspek ekonominya.
Oleh sebab itu, pada pembahasannya guru harus melaksanakan interalasi aspek-aspek sejarah dengan aspek-aspek ekonomi, aspek budaya aspek geografi dan lain-lain. Dengan penyajian demikian, insiden sejarah tersebut akan lebih bermakna secara menyeluruh bagi training mental dan efeksi anak didik yang mengikuti proses pembelajaran IPS tersebut. Dari tumpuan tersebut pembelajaran IPS yang menerapkan pendekatan terpadu sanggup membina kognisi, afeksi dan psikomotor anak didik sebaik-baiknya.
Ilmu Pengetahuan sosial di SD ialah mata pelajaran yang mengajari insan dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS ialah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan wacana kehidupan masyarakat atau insan secara sistematis. Tetapi dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak guru yang tidak bisa menterjemahkan isi dari kurikulum itu sendiri, dan hanya berpedoman pada pengalaman mengajar sehingga pembelajaran di kelas tidak berkembang dan tidak menawarkan kepada siswa kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS di SD hendaknya memakai lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan materi pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu dipakai kejadian yang nyata untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
Berdasarakan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus bisa membuat iklim mencar ilmu mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Guru ialah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil guna proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kepekaan dan kreativitas guru dalam menerapkan dan menyebarkan prinsif-prinsif pembelajaran aktif.
Sumber: Disarikan dari banyak sekali sumber!
0 Response to "Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar"
Post a Comment