Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Kawasan Banjar Baksa Kembang

Pendidikan seni budaya tari masuk pada kelompok estetika PENDIDIKAN APRESIASI SENI BUDAYA TARI DAERAH BANJAR BAKSA KEMBANG
Pendidikan seni budaya tari masuk pada kelompok estetika. Estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni meliputi apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual maupun bersama sehingga bisa menikmati dan mensyukuri hidup.

Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan pada hakikatnya yaitu suatu daya upaya untuk mengubah tingkah  laku  penerima didik  untuk menjadi lebih maju, baik dan adab. Dalam pengertian ini, baik dalam tataran afektif, psikomotorik, maupun kognitif (Joseph, 2003).  Pendidikan estetik yang diberikan di forum juga merupakan pendidikan yang memakai skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yang akan ditonjolkan oleh pendidik.  Berdasar    tujuan   dasarnya,   pendidikan estetika  dilembaga merupakan pendidikan yang mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik penerima didik melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait dengan itu mestinya aspek afektif dan psikomotorik lebih ditonjolkan yang didukung oleh aspek kognitif sebagai satu kesatuan yang tidak sanggup dipisahkan.

Dalam pembelajaran seni, selain pendidik memahami konsep apresiasi, pendidik juga harus memahami konsep ekspresi. Biasanya antara konsep verbal dengan konsep kreasi dipahami/ dimengerti rancu. Kerancuan ini bisa dimengerti lantaran dalam dunia seni, berekspresi dalam bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti sebagai berkreasi, namun berekpresi dalam bentuk penjiwaan dan/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni gres tertentu hanya bisa dimengerti sebagai berapresiasi. Dengan demikian konsep verbal bisa dimengerti sebagai suatu penjiwaan dan/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi namun juga bisa dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala verbal tersebut hingga ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu pula dengan penerima didik, selama ini penerima didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka diharapkan konsep apresiasi dan konsep verbal yang terang biar sanggup dipakai sebagai landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan verbal tersebut menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.

Tari merupakan karya seni yang memakai unsur gerak sebagai media utamanya, tidak hanya semata-mata sebagai sarana hiburan, tetapi lebih pada pemahaman nilai pembelajaran dalam pembentukan mental langsung individu dan masyarakat lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk pesan, simbol dan imajinasi gerak yang telah diciptakan.

Kalimantan Selatan merupakan tempat yang mempunyai kebudayaan yang erat kaitannya dengan kesenian, yang dalam arti luas merupakan suatu karya estetis insan dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, warna, bunyi, kata atau simbol-simbol tertentu. Tari tradisional yang berasal dari tempat Kalimantan Selatan yang mengandung pesan-pesan moral dan mempunyai unsur-unsur tertentu yang mempunyai arti penting dan simbolik, serta sanggup menyentuh aspek kehidupan insan diantaranya yaitu Tari Baksa Kembang.

Pendidik hendaknya bisa memberi pemahaman kepada penerima didik perihal nilai-nilai yang ada dalam Tari Baksa Kembang untuk sanggup diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga pada hasilnya penerima didik bisa membuatkan diri untuk sanggup melaksanakan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika dari seni tari tersebut.


Pembelajaran dalam pemahaman umum berdasarkan Gegne dan Wager (1992) yaitu suatu perjuangan yang dilakukan oleh insan dengan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, sanggup dimengerti sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu penerima didik biar penerima didik mendapat kemudahan dalam mencar ilmu untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian perihal pembelajaran secara umum berdasarkan Joice dan Marsha Wheil (1986) secara pokok berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian tidak bisa ditinggalkan nanti dalam gerak langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, dan evaluasinya berkait dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Apresiasi itu sendiri secara konsep berdasarkan Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) yaitu suatu pengenalan seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yang diperkenalkan hingga kememahami serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh seniman. Berkait dengan itu berdasarkan Sutopo (1989) yang mengambil pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi merupakan proses pengenalan dan pemahaman nilai karya seni, untuk menghargainya, dan menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
   
Kreasi sanggup dimengerti sebagai hasil dari sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas yaitu kemampuan berpikir perihal sesuatu dengan cara yang gres untuk sanggup menemukan pemecahan problem yang unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul perihal apresiasi dan kreasi, sehingga memudahkan penerima didik memahami pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi dan kreasi.
Bertolak dari konsep dan/ atau pemahaman perihal apresiasi dan ekspresi/ kreasi menyerupai yang telah dikemukakan, kalau dihubungkan dengan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, sepertinya akan menjadi sarana ketersampaiannya.

Pengembangan metode pembelajaran tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi ini dirancang dengan tindak lanjut pengembangan untuk mendapat atau menghasilkan buah produk yang berpijak dari sebuah kebutuhan yang telah dipetakan. Pembelajaran seni tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi untuk penerima didik dilakukan dengan cara memilih langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan kreasi.


Langkah pembelajaran apresiasi yang dikembangkan adalah  pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai dengan penikmatan dengan cara menyaksikan sebuah sajian tari yang akan diapresiasi. Kedua yaitu memahami. Pengertian memahami di sini yaitu pemahaman secara tekstual dan kontekstual. Pemahaman tekstual yaitu pemahaman perihal seninya dalam hubungannya dengan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan dengan segala sesuatu yang berkait dengan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan munculnya tari tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yang diapresiasi tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan bisa juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan dengan keberadaan tari itu semakin bagus. Pemahaman teks tarian yaitu berkait dengan teksnya/ materi tarinya atau perihal tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur gerak tari/ komposisi gerak, rias dan busana, serta iringan. Jika dianalisis berdasar model analisis tari, sisi gerak ini contohnya bisa dilihat dari unsur gerak kepala, badan, dan kaki. Rias dan busana contohnya sanggup dilihat dari contohnya rias manis dan rias karakter. Iringan contohnya dilihat dari iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan dengan iringan yang berasal dari luar tubuh penari. Iringan internal berkait dengan iringan yang didapat dari tubuh penari atau suara-suara dari tubuh penari. Ketiga, yaitu penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini bisa dikaitkan dengan mengekspresikan isi dongeng tari yang dibawakan dan aksara tari serta nilai yang terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi dongeng tari misalnya, dongeng yang berkait dengan temanya, misal tema binatang, tema tumbuhan, tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan. 

Penghayatan karakter, contohnya aksara gagah, aksara putri, dan aksara halus. Keempat, yaitu evaluasi. Pada pemahaman penilaian berkait dengan penilaian. Penilaian bekerjasama dengan baik buruk. Dalam konteks ini pengertian baik dan jelek bisa dihubungkan dengan makna tari bagi jiwa kita. Artinya apakah tari itu contohnya bisa kita nikmati, apakah tari itu bisa menumbuhkan imajinasi, dan apakah tari itu bisa mewujudkan nilai budaya. Intinya termasuk apakah tari itu sanggup kita jadikan alat verbal estetik. Jika penilaian kita atau penilaian kita terhadap tari itu banyak positifnya, maka kita akan menghargai tari tersebut. Dengan kita menghargai melalui proses yang demikian, maka apresiasi kita terhadap seni tari tersebut sanggup kita katakan baik atau tinggi. Proses penghargaan atau apresiasi yang demikian inilah yang kita namakan pembelajaran tari melalui pendekatan apresiasi.

Langkah pembelajaran kreasi melalui, membuatkan wangsit dan konsep yang didapat dari hasil apresiasi, penuangan wangsit dan konsep, kemampuan menghubungkan wangsit dan konsep, menciptakan jalinan wangsit dan konsep serta menghubungkannya untuk mendapat sesuatu yang baru, hasil berupa produk baru.

Pendekatan kreasi ini berangkat dari hasil apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, hasilnya akan tumbuh wangsit dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yang dipakai sebagai materi bimbing dilembaga akan menunbuhkan wangsit gres berkait tari kreasi yang masing-masing penerima didik bisa tumbuh wangsit yang berbeda-beda. Ide tertentu akan menumbuhkan konsep yang berbeda. Ide ingin menciptakan semacam kreasi tari India, konsep terhadap tari india masing-masing tidak sama. Berangkat dari wangsit dan konsep, akan menuju pada penuangan wangsit dan gerak. Penuangan wangsit akan berdasar pada konsep yang ada pada masing-masing penerima didik. Selain wangsit dan konsep yang masing-masing anak niscaya berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan wangsit dan konsep. Sekalipun wangsit dan konsep contohnya sama, penuangannya pun niscaya berbeda. Penuangan wangsit dan konsep di sini dalam kaitannya bagaimana wangsit dan konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan wangsit dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing penerima didik  dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait wangsit dan konsep si penerima didik. Menghubungkan setiap wangsit dengan konsep yang berbeda akan menghasilkan ragam gerak yang berbeda. Ide tertentu yang sama serta konsep tertentu yang sama tidak akan menimbulkan gerakan tari yang dimunculkan oleh penerima didik akan sama. Apalagi kalau wangsit dan konsepnya berbeda tentu akan menghasilkan gerak tari yang sangat berbeda.

Peserta didik sanggup menghubungkan apresiasi dan kreasi, sehingga sehabis pembelajaran mereka bisa menghasilkan karya seni gres tanpa melupakan seni yang telah dibakukan serta meningkatkan minat pendidik dan penerima didik untuk berwirausaha.

Teknik pembelajaran tari dalam konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait dengan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan estetika yang harus dicapai melaui pembelajaran seni tari untuk penerima didik. Gerak langkah yang berangkat dari analisis materi ini, dilanjutkan dengan kajian teoritik/ konseptual terkait dengan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yang pada tamat teknik pembelajaran ini diharapkan hingga menghasilkan bagaimana mengajarkan pendidikan estetika melalui seni tari. Langkah yang dilakukan untuk teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar teladan pendidik. Berdasar teladan tersebut, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju pada tataran konseptual yang fundamental dan benar-benar sesuai dengan tataran pendidikan untuk penerima didik, maka akan dilakukan dengan melibatkan penerima didik.

1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah pula didekati dengan memakai pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi yaitu hal-hal yang berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya adalah, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal tempat setempat dan menampilkan perilaku apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal tempat setempat. Indikator pencapaian, penerima didik sanggup : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) menyebutkan unsur pokok tari, (3) menyebutkan unsur keindahan tari, (4) menyebutkan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (5) menyebutkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan salah satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan perilaku serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu adalah, penerima didik diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (2) menciptakan jawaban serius terhadap hasil identifikasi secara berkelompok, dan (3) menampilkan perilaku serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, biar penerima didik mempunyai harapan untuk mengapresiasi keunikan hasil karya tari tunggal tempat setempat. 

Materi Pembelajaran berkait dengan seni tari yaitu verbal jiwa insan yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah, unsur pokok tari yaitu gerak dan ekspresi. Unsur keindahan tari berkaitan dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa. Wiraga merupakan gerak anggota tubuh yang dirangkai dan digayakan sesuai dengan bentuk yang tepat. Wirama merupakan keselarasan gerak dengan irama. Wirasa merupakan perasaan yang diekspresikan melalui wajah dan gerak. Wirupa merupakan kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui busana, rias dan diadaptasi dengan perannya.
Bahasan mengenai tari daerah, berdasarkan sifat dan sejarahnya yaitu perihal tari tradisional kerakyatan, tari tradisional klasik, dan tari kreasi. Berdasarkan bentuk penyajian terdiri dari Tari tunggal, Tari berpasangan, dan Tari kelompok. Fungsi tari, sebagai sarana upacara adat, sebagai sarana pertunjukan, dan sebagai media pendidikan. Unsur pendukung tari berkait dengan tata rias dan busana, Properti, Irama, Tata panggung, dan Tata lampu.
Keunikan bentuk penyajian tari bekerjasama dengan ragam gerak, iringan, busana, tata rias, dan properti. Hal-hal yang diidenfikasi meliputi ragam gerak tari, ringan tari, busana, tata rias, dan properti. Semua ini memakai metode ceramah, tugas, tanya jawab, dan diskusi kelompok.

2. Konteks Pembelajaran Apresiasi Kreasi
Dalam konteks pembelajaran apresiasi kreasi ini, standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Kompetensi dasarnya sanggup mengeksplorasi gerak tari kreasi. Dengan demikian indikator kognitif berkait dengan produk. Dengan ini penerima didik bisa menyebutkan nama-nama tari kreasi. Prosesnya tentu melalui menunjukkan nama-nama tari kreasi yang ada. Berkait dengan psikomotor, melaksanakan pengamatan dengan melihat penayangan video tari kreasi. Berkait dengan afektif, peduli, cermat, teliti, disiplin, tanggung jawab. Berhubungan dengan keterampilan sosial yaitu bertanya, memperhatikan klarifikasi dengan baik, kreatif. Materi pembelajaran, bisa mengambil contoh dari tari hasil kreasi penata tari pada ekspo tari daerah, ataupun dari negara di Asia, menyerupai Thailand, China, dan Kamboja. Thailand antara lain : tari itik, tari petani (panen padi), tari sri muan-sri nuan, dan tari nora. China tari tangan seribu, tangan naga, tari barongsai. Kamboja tari ram vong, dan tari ram saravan. Kegiatan mengeksplorasi tari petani dari Thailand menyerupai ini contohnya melaksanakan penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, berkegiatan untuk memperoleh pengalaman gres dari situasi yang baru. Mengeksplorasi gerak tari petani yang meliputi mengolah sawah, menabur benih, memupuk dan menyiangi, di serang hama.

Apresiasi dan kreasi sanggup meningkatkan minat kewirausahaan pendidik dan penerima didik. Keduanya sanggup membuatkan keterampilan yang diperoleh dengan menjual produk gres dari apresiasi dan kreasi yang mereka buat dari pembelajaran seni tari baksa kembang.

Demikian artikel perihal Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Daerah Banjar Baksa Kambang, semoga bermanfaat. terima kasih


Sumber : Disarikan dari Makalah Apresiasi PTKPAUDNI,  Desy Hairina,M.Pd, "PEMBELAJARAN SENI TARI INOVATIF DALAM KONTEKS APRESIASI DAN KREASI UNTUK PESERTA DIDIK"  Tahun 2013

0 Response to "Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Kawasan Banjar Baksa Kembang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel