Memahami Makna Kebudayaan
Kemampuan insan yang besar untuk pembiasaan dan kepandaian yang menkjubkan, ia sanggup memperbaiki majemuk cara yang kurang baik dengan cara yang lebih baik untuk memilih dan menemukan kebutuhannya. Hampir dalam tiap masyarakat terdapat cara-cara khusus dalam menemukan kebutuhan. Asal-muasal cara-cara ini lantaran sudah lama, biasanya hilang dalam ingatan orang. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang tersukar dalam antropologi. Dengan kata lain, yang tersukar itu ialah mencari jejak (asal usul) suatu adat. Biasanya tidak seorang pun cukup bau tanah untuk mengingat keasliannya lantaran sebagaimana biasanya sopan santun itu lahir pada masa lampau, jauh sebelum sejarah tertulis. Kebudayaan merupakan respones insan terhadap kebutuhan dasarnya. Kebudayaan ialah cara insan untuk menciptakan dirinya senang di dunia. Kebudayaan ialah tingkah laris yang harus dipelajari seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan sanggup didefinisikan sebagai cara hidup insan yang dirancang sebagai pemikiran hidupnya.
Ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagai "keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari insan dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1979: 1993). Selo Seomarjan, andal Sosiologi Indonesia, mendefinisikan kebudayaan sebagai "semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat" (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: 113).
Cara hidup tersebut merupakan warisan sosial yang dipelajari dan dimiliki oleh sekelompok manusia. Kelompok itu menempati lingkungan kawasan tertentu; dan di lingkungan itu mereka terlatih untuk hidup. Kebudayaan sanggup dikatakan sama dengan kehidupan itu sendiri, serta sanggup juga dikatakan bahwa kebudayaan terletak di atas kehidupan. Sebagai alat, kebudayaan menggantikan dan memperluas kesanggupan manusia, sehingga kebudayaan memperluas kemampuan hidup.
Kriteria kebudayaan yang sanggup dikenal adalah:
1. sesuatu yang harus ditemukan sebagai sesuatu yang gres yang sebelumnya tidak ada;
2. sesuatu yang harus dialihkan dari generasi ke generasi;
3. sesuatu yang harus diabadikan dalam keasliannya atau bentuk yang dimodifikasi.
Proses penciptaan,pengalihan dan pelanjutan yang lampau dalam masa kini ialah kebudayaan-kebudyaan yang oleh andal semantik berkebangsaan Amerika, Alfred Korzybski, disebut pengikat waktu. Tumbuh-tumbuhan mengikat materi kimia, hewan mengikat tempat, tetapi insan mengikat waktu (Montagu, 1962: 28)
Sumber:
- Koentjaraningrat, 1979, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru
- Montagu, Ashley, 1962, Man: His First Million Year. New York, New American Library.
- Seomardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi, 1964, Setangkai Bunga Sosiologi. Djarkarta, Jajasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia.
Ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagai "keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari insan dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1979: 1993). Selo Seomarjan, andal Sosiologi Indonesia, mendefinisikan kebudayaan sebagai "semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat" (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: 113).
Cara hidup tersebut merupakan warisan sosial yang dipelajari dan dimiliki oleh sekelompok manusia. Kelompok itu menempati lingkungan kawasan tertentu; dan di lingkungan itu mereka terlatih untuk hidup. Kebudayaan sanggup dikatakan sama dengan kehidupan itu sendiri, serta sanggup juga dikatakan bahwa kebudayaan terletak di atas kehidupan. Sebagai alat, kebudayaan menggantikan dan memperluas kesanggupan manusia, sehingga kebudayaan memperluas kemampuan hidup.
Kriteria kebudayaan yang sanggup dikenal adalah:
1. sesuatu yang harus ditemukan sebagai sesuatu yang gres yang sebelumnya tidak ada;
2. sesuatu yang harus dialihkan dari generasi ke generasi;
3. sesuatu yang harus diabadikan dalam keasliannya atau bentuk yang dimodifikasi.
Proses penciptaan,pengalihan dan pelanjutan yang lampau dalam masa kini ialah kebudayaan-kebudyaan yang oleh andal semantik berkebangsaan Amerika, Alfred Korzybski, disebut pengikat waktu. Tumbuh-tumbuhan mengikat materi kimia, hewan mengikat tempat, tetapi insan mengikat waktu (Montagu, 1962: 28)
Sumber:
- Koentjaraningrat, 1979, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru
- Montagu, Ashley, 1962, Man: His First Million Year. New York, New American Library.
- Seomardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi, 1964, Setangkai Bunga Sosiologi. Djarkarta, Jajasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia.
0 Response to "Memahami Makna Kebudayaan"
Post a Comment