Cara Memahami Wacana Kebenaran Ilmiah
Pembahasan materi Pembelajaran kali ini wacana kebenaran Ilmiah, semoga sanggup warga berguru dan siswa pahami sebagai materi untuk mempersiapkan kalian memasuki jenjang pendidikan tinggi yang sebentar lagi warga berguru Paket C dan siswa Sekolah Menengan Atas kelas XII siap mengikuti ujian dan sudah saatnya masuki di Perguruan tinggi. Karena itu harus memahami wacana kebenaran ilmiah itu sendiri. Arti dan pengertian Ilmiah sendiri ialah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Dalam memahami wacana kebenaran ilmiah terlebih dahulu perlu siswa dan warga berguru sadari bahwa pada dasarnya, insan selalu ingin mencari kebenaran, Beberapa buku membahas kebenaran dengan cara yang berbeda-beda. Metode untuk memperoleh kebenaran juga berbeda-beda. Menurut Thomas Khun dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1970), metode yang dipakai untuk mencari kebenaran dilandasi oleh "paradigma"tertentu. Perlu anda pahami bahwa dalam hal ini paradigma merupakan cara pandang kelompok ilmuwan tertentu dalam menghadapi suatu masalah. Dengan paradigma yang sama, sekelompok ilmuwan dalam bidang kajian tertentu setuju mendapatkan praktik-praktik, hukum, teori, konsep-konsep, dan instrumen-instrumen yang dipilih sehingga melahirkan tradisi-tradisi penelitian tertentu untuk mencari kebenaran.
Untuk memahami lebih jauh wacana "Kebenaran Ilmiah" ini. Ada beberapa paradigma dalam mencari kebenaran yang harus kita pahami antara lain sebagai berikut :
1. Paradigma Logika
Dalam paradigma Logika, acara yang dilakukan ialah analisis yang memandang bahwa kebenaran sanggup ditunjukan apabila ada konsistensi dengan aksioma-aksioma serta definisi yang berlaku, yang termasuk kelompok ini ialah matematika, ilmu komputer, dan filsafat.
2. Paradigma Ilmiah
Pada Paradigma Ilmiah, acara yang dilakukan ialah eksperimen. Kebenaran diperoleh sesudah hipotesis diverfikasi melalui eksperimen. Contoh bidang yang memperoleh kebenaran ibarat ini antara ilmu-ilmu fisika, kimia, biologi dan geologi.
3. Pradigma Naturalistik
Untuk Pradigma Naturalistik teknik yang dilakukan terutama ialah studi lapangan. Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak sanggup dielakan atau tidak sanggup dihindari. Contoh penggunaan cara ini, contohnya sejarah, ilmu politik, dan konseling.
4. Paradigma Modus Operandi
Pandangan wacana kebenaran diperoleh dengan melakukan pengujian atau penelitian secara periodik sehingga didapatkan garis penyebab yang khas dari suatu insiden atau keadaan. Contoh bidang yang memakai metode ibarat ini ialah diagnosis medis dan patologi forensik.
Setelah kita mempelajari esensi dari beberapa paradigma dalam mencari kebenaran, perlu kita ketahui dan pahami bahwa paradigma ilmiah dan paradigma naturalistik merupakan paradigma yang paling banyak digunakan. Paradigma ilmiah juga disebut paradigma positivistik lantaran dipengaruhi oleh aliran filsafat positivistik yang mula-mula berkembang di Prancis dan Jerman pada awal kala ke-19. Konsep positivistik intinya merupakan pemikiran bahwa penyelesaian masalah dalam ilmu hanya dibatasi pada aturan ilmu yang positif saja.
Paradigma naturalistik didasari oleh pandangan bahwa penelitian akan memberi hasil yang sesuai dengan yang diharapkan oleh subjek penelitian. yaitu insan atau masyarakat yang sanggup bertingkah laris dan mengemukakan pandangan secara masuk akal dan alami (natural). Adapun metode yang dipakai sanggup saja kuantitatif atau memakai statistik atau memakai persentase (%), dan sanggup pula memakai kualitatif apabila hanya memakai data kualitatif saja. Dalam suatu penelitian dengan paradigma positivistik terutama dipakai metode kuantitatif dan apabila diharapkan sanggup pula dilengkapi dengan data kualitatif. Sebaliknya, penelitian dengan paradigma naturalistik, mengutarakan metode kualitatif yang sanggup didukung oleh data kuantitatif.
Perlu dipahami pula bahwa dengan adanya perkembangan sains dan teknologi, disadari bahwa teori dan aturan dan ilmu, khususnya ilmu ke alaman atau sains, bersifat tentatif. Artinya, apabila hasil-hasil penelitian yang memakai konsep-kosep tertentu dan didukung oleh instrumen-instrumen yang ada pada waktu itu pertanda bahwa hasil penelitian terdahulu yang berupa aturan atau teori tidak sanggup diterima lagi maka aturan atau teori tersebut akan gugur. Sebagai contoh, proses pembakaran logam yang oleh kelompok ilmuwan penganut teori flgiston dipercaya merupakan insiden hilangnya flogiston dari logam, sesudah ditemukan timbangan atau neraca sebagai produk teknologi pada ketika itu sanggup dibuktikan oleh seorang ilmuwan berjulukan Antoine Lavoister (1743-1794) bahwa pembakaran logam bahu-membahu merupakan reaksi antara logam dengan oksigen ibarat yang kita terima sekarang. Paradigma yang diikuti oleh para ilmuwan sebelumnya yang menyatakan bahwa proses pembakaran ialah hilangnya flogiston itu dari benda yang dibakar menjadi sebagai berikut: Pembakaran merupakan hasil reaksi antara benda yang sanggup dibakar dengan oksigen. Itulah sebabnya kita sering menyampaikan bahwa produk-produk sains atau ilmu kealaman ialah tentatif, tidak kekal dan sanggup digugurkan oleh teori aturan lain. Apabila dipandang bahwa paradigma yang dianut selama kurun waktu tertentu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu yang berlaku kemudian. Paradigmanya kemudian juga berubah. Makara intinya dalam ilmu kealaman berlaku paradigma tunggal. Artinya apabila dalam kurun waktu tertentu masih ada beberapa keyakinan untuk insiden yang sama pada suatu waktu akan berakhir. Kapan berakhirnya? Sampai paradigma yang gres diterima oleh semua ilmuwan lantaran didukung oleh verifikasi dari banyak eksperimen.
Bagaimana dengan paradigma dalam ilmu kemasyarakatan atau ilmu-ilmu sosial? Dalam ilmu sosial ada banyak sekali paradigma yang dianut dan diyakini oleh para ilmuwan sosial, yang berlaku pada kurun waktu yang sama. Dengan keyakinan ini ilmuwan mencari kebenaran atau mengadakan penelitian. Tentunya keyakinan ini akan dipertahankan hingga ia sendiri merasa berubah keyakinannya atau meyakini konsep atau teori lain. Oleh lantaran itulah dalam ilmu sosial dikenal paradigma ganda lantaran dalam suatu kurun waktu tertentu selalu terdapat lebih dari satu paradigma yang diyakini oleh ilmuwan-ilmuwan sosial. Kapan seorang ilmuwan atau kelompok ilmuwan mengubah paradigma. Paradigma sanggup berubah sesudah seseorang banyak membaca pandangan ilmuwan sosial lain atau memperoleh pengalaman pribadi, contohnya suatu penelitian sehingga terjadi rekonstruksi paradigma.
Dari uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa kebenaran ilmiah sanggup diperoleh melalui banyak sekali cara yang dilandasi oleh paradigma tertentu yang diyakini oleh ilmuwan atau kelompok ilmuwan tertentu. Namun, remaja ini beberapa pandangan timbul, khususnya dikalangan kaum yang beragama, bahwa di dunia ini tidak ada hal yang benar mutlak lantaran kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Untuk itu, disarankan semoga istilah kebenaran diubah menjadi istilah Validitas oleh lantaran validitas merupakan hasil pengujian atau verifikasi insan sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan.
Demikianlah artikel ringkas wacana kebenaran ilmiah, semoga postingan ini bermanfaat bagi warga berguru dan siswa sekalian untuk menambah materi dan materi pembelajaran dikelas. terimakasih.
Referensi :
Katsoff, L..1998. Elements of Philosophy. Alih Bahasa oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta. Tiara Wacana.
Power,J.E.1982.Philosophy of Education. New Jersey:Prentice Hall, Inc
Poedjiadi,A. 1987. Filsafat dan Sejarah Sains. Jakarta.PPLPTK.
Rasyidi, H.M. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta. Bulan Bintang.
Santoso.S.I. 1970. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jakarta. Sinar Budaya
Sumaryono, E. 1993. Hermeuneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
Suriasumantri, J.S. 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Pupuler Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
0 Response to "Cara Memahami Wacana Kebenaran Ilmiah"
Post a Comment